Home Video Kenapa Setiap Rumah di Bali ada Pura? Makna Sanggah Pemerajan

Kenapa Setiap Rumah di Bali ada Pura? Makna Sanggah Pemerajan

39
0

Kenapa setiap rumah di bali ada pura? Ini Sejarahnya

Kenapa setiap rumah di Bali ada pura? Fungsi dan Makna Sanggah Pemerajan

Kenapa Setiap Rumah di Bali ada Pura? Makna Sanggah Pemerajan

Bagi kamu yang sudah pernah ke Bali, pasti akan melihat di setiap rumah orang Hindu terdapat pura.

Dan tentunya kamu pasti akanbertanya-tanya kenapa Umat Hindu di Bali memiliki Pura di halaman rumahnya.

Apa sebutan pura untuk keluarga ini? Bagaimana sejarah perkembangan pura keluarga ini? Didalam budaya Hindu khususnya di Bali, salah satu tempat untuk sembahyang disebut Sanggah Pemerajan.

Sanggah Pemerajan berasal dari kata Sanggah yang berarti Sanggar (tempat suci), Pemerajan yang berasal dari kata praja (keluarga).Jadi Sanggah Pamerajan dapat diartikan sebagai tempat suci bagi suatu keluarga tertentu.

Secara umum kebanyakan orang menyebutnya dengan lebih singkat seperti Sanggah atau Merajan.

Akan tetapi, yang perlu diingat tidak berarti bahwa Sanggah untuk orang Jaba, sedangkan Merajan untuk Triwangsa.

Sejarah Sangah Pemerajan.

Dalam sejarah pembangunan Sanggah Pemerajan, terdapat tiga versi. Yaitu sebagai berikut.

1. Sanggah Pemerajan dengan konsep empu Kuturan berkonsep Trimurti.

Pelinggih yang letaknya dihulu (kaja-kangin atau utara-timur) adalah pelinggih Kemulan (Rong Tiga), tidak mempunyai pelinggih Padmasana atau Padmasari. Kemulan yang dikembangkan oleh empu Kuturan sejak abad ke-11 adalah Kemulan Rong 3.

Di dalam lontar Tutur Kuturan disebutkan bahwa Kemulan Rong 3 adalah stana Sanghyang Tiga Sakti (Brahma, Wisnu, Siwa) sedangkan di Batur Kemulan ruangan di bawah Rong 3 adalah stana roh para leluhur yang sudah disucikan (pitra yadnya).

2. Sanggah Pemerajan dengan konsep Danghyang Nirarta berkonsep Tripurusha. Pelinggih yang letaknya di hulu (kaja-kangin atau utara timur) adalah pelinggih Padmasana atau Padmasari, sedangkan pelinggih Kemulan tidak berada di Utama Mandala. Kemulan yang dikembangkan oleh Danghyang Nirata adalah Kemulan Rong 2 sejak abad ke-14. Di mana distanakan Ida Sanghyang Widhi sebagai ‘arde nareswari’ = rwa bhineda (lontar Dwijendra Tattwa).

3. Sanggah Pemerajan dengan kombinasi keduanya. Biasanya dibangun setelah abad ke-14, maka pelinggih Padmasana atau Padmasari tetap di hulu, namun di sebelahnya ada pelinggih Kemulan.

Dalam sejarah ada yang menyebutkan bahwa empu Kuturan dan Danghyang Nirarta mendapatkan wahyu mengenai konsep itu di Purancak, Jembrana.

Apakah itu Trimurti dan Tripurusha? Penjelasannya adalah sebagai berikut.

Trimurti adalah keyakinan stana Sanghyang Widhi sesuai dengan Ang – Ung – Mang, yang jika digabungkan akan menghasilkan suara AUM atau OM) atau Brahma, Wisnu, Siwa, adalah kedudukan Sanghyang Widhi dalam posisi horizontal, di mana Brahma di arah Daksina, Wisnu di Uttara, dan Siwa di Madya.

Tripurusha adalah keyakinan stana Sanghyang Widhi sesuai dengan Siwa – Sada Siwa dan Parama Siwa, adalah kedudukan Sanghyang Widhi dalam posisi vertikal, di mana Parama Siwa yang tertinggi, kemudian karena terpengaruh Maya menjadilah Sada Siwa, dan Siwa.

Pembagian Sanggah Pemerajan.

Sanggah Pemerajan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut.

Sanggah Pamerajan Alit (milik satu keluarga kecil).
Sanggah Pamerajan Dadia (milik satu soroh terdiri dari beberapa purus atau garis keturunan).
Sanggah Pamerajan Panti (milik satu soroh terdiri dari beberapa Dadia dari lokasi Desa yang sama).

Pelinggih-pelinggih umum yang ada di Sanggah Pemerajan merupakan stana dalam niyasa Sang Hyang Widhi dan para roh leluhur yang dipuja. Penjelasan yang stana pada setiap pelinggih sebagai berikut.

Kemulan Rong Tiga yaitu Sanghyang Trimurti, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Brahma – Wisnu – Siwa atau disingkat Bhatara Hyang Guru. Selain itu juga ada kemulan rong 1 (Sanghyang Tunggal), rong 2 (Arda nareswari), rong 4 (Catur Dewata), rong lima (Panca Dewata).

Padmasana atau Padmasari yaitu Sanghyang Tri Purusha, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Siwa – Sada Siwa – Parama Siwa.

Sapta Petala yaitu Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai pertiwi dengan tujuh lapis, yaitu, patala, witala, nitala, sutala, tatala, ratala, satala. Sapta petala juga berisi patung naga sebagai simbol naga Basuki, pemberi kemakmuran.

Taksu yaitu Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Bhatari Saraswati (sakti Brahma) penganugrah pengetahuan.

Limascari dan Limascatu yaitu Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai ardanareswari, memiliki makna purusha pradana , rwa bhineda.

Pangrurah yaitu Sanghyang Widhi sebagai manifestasi Bhatara Kala, pengatur kehidupan dan waktu. Manjangan Saluwang yaitu Pelinggih sebagai penyungsungan empu Kuturan, mengingat jasa-jasa beliau yang meng ajeg kan Hindu di Bali.

Raja-Dewata yaitu Pelinggih roh para leluhur (di bawah Bhatara Kawitan).
#Hindu #Bali #Sanggah #Pemerajan #HinduBali #HinduIndonesia #Sejarah #SejarahHindu #Sejarah Bali

Mari belajar agama hindu dharma melalui chanel ini

source

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here