Home Video Mahabharata adalah Mitos? Ini Fakta Sebenarnya

Mahabharata adalah Mitos? Ini Fakta Sebenarnya

306
0

Banyak orang menganggap dan percaya bahwa kitab itihasa dan purana adalah merupakan sebuah mitologi atau mitos, cerita hayalan dan tidak benar benar terjadi. Tetapi di lihat dari segi arti, kata itihasa berarti seperti itulah kejadiannya, sedangkan kata purana artinya adalah sejarah masa lampau.

Menurut Professor K. Srinivasaraghavan, dalam bukunya yang berjudul The Date of the Mahabharata War dan The Kali Yugadhi (1969), sesuai dengan perhitungan ilmu perbintangan Veda (Jyotishastra), perang di Kuruksetra tersebut terjadi pada tanggal 22 November 3067 Sebelum Masehi. Kesimpulan itu didasarkan pada keterangan-keterangan waktu yang terdapat dalam ayat-ayat Mahabharata itu sendiri. Namur, angka tahun itu ditolak oleh sebagian kalangan sejarawan Barat, karena menurut Teori Invasi (Penyerangan) bangsa Arya ke Dravida ciptaan Max Muller, bangsa Arya diperkirakan datang ke India baru pada sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi.

Menurut teori yang sudah terlanjur dianggap benar itu, Bangsa Arya lah yang merupakan pembawa Rgveda ke India. jadi, kalau teori ini benar, bahkan Veda dan peradaban Hindu tidak murni lahir dari India, melainkan berasal dari wilayah Indo-jerman, tempat asal bangsa Arya.

Julukan mitologi pada Weda tidak dapat kita lepaskan begitu saja dari konteks sejarah penjajahan India oleh Inggris selama ratusan tahun. Kolonial Inggris mulai resmi menjajah India sejak mereka memenangkan pertempuran yang dikenal sebagai Battle of Plassey tahun 1757 (Satsvarupa, 1977). Adalah sebuah fakta bahwa. penjajahan Inggris di India dimanfaatkan oleh Para misionaris Kristen untuk mengalihkan agama penduduk India dari Hindu menjadi Kristen. Mereka mulai membuka Perguruan Tinggi dan perguruan tinggi Kristen. Alexander Duff (1806 – 1878) mendirikan Scots College di Calcutta, yang ia cita-citakan menjadi “headquarters for a great campaign against Hinduism” (Pusat kampanye besar melawan Hindu).

Para misionaris itu tidak segan-segan menyebut kitab-kitab Veda sebagai “absurdities meant for the amusement of children“ yang artinya “serangkaian takhayul yang dimaksudkan untuk hiburan anak anak”. Dengan tujuan besar seperti di atas, mulailah muncul kalangan intelektual Inggris yang mengganggap perlu untuk mendidik orang-orang India dengan ilmu pengetahuan Barat. Upaya itu dimulai dengan lahirnya beberapa, orang Inggris yang mempelajari budaya India dan menguasai bahasa Sansekerta. Terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Royal Asiatic Society.

Merekamereka ini selanjutnya dikenal sebagai indologists, yang kemudian menjadi para penterjemah kitab kitab weda ke dalam bahasa Inggris. Sir William Jones (1746 – 1794), Charles Wilkins (1749 – 1836), dan Thomas Colebrooke (1756 – 1837) dianggap sebagai para pelopor indologist (indology adalah bidang ilmu yang mengkaji budaya dan peradaban India).

Tentu saja, mereka adalah orang-orang yang sangat taat dan terpelajar, sehingga tujuan mereka menterjemahkan kitab-kitab Veda ke dalam. bahasa Inggris bukannya tanpa maksud tertentu. Mereka sadar bahwa tidaklah mudah untuk mengubah keyakinan orang India terhadap tradisi turun temurun mereka yang bersumber pada kitab-kitab Veda. Karena itulah, mereka berpendapat bahwa satusatunya cara adalah menunjukkan kepada orang-orang India bahwa kitab Veda yang mereka yakini tidak lebih dari sekedar takhayul, dongeng, dan mitologi yang tidak masuk akal.

William Jones misalnya, menyebut Bhagavata Purana sebagai “kisah saduran” dan ia berspekulasi bahwa Bhagavata sebenarnya meniru Gospel Kristen yang dibawa ke India, dan bahwa Kesava. (nama lain Krishna) sebenarnya adalah Apollo pahlawan Yunani. Teori ini telah terbukti salah, karena berbagai temuan arkeologi yang berhubungan dengan legenda Krishna menunjukkan bahwa Krishna telah ada jauh sebelum agama Kristen lahir.

Tokoh Indologist lain yang sangat besar pengaruhnya pada kesan masyarakat dunia terhadap Veda adalah Frederick Max Muller (1823 – 1900). Muller adalah ahli bahasa Sansekerta asal Jerman yang kemudian bekerja pada East India Company, dan dipercaya untuk menterjemahkan kitab Rgveda ke dalam bahasa Inggris. Muller inilah yang kemudian menciptakan teori “Legenda Arya” dan “Invasi bangsa Arya ke Dravida”.

dengan mendasarkan argumentasinya pada mantra-mantra dalam kitab Rgveda itu sendiri. Bahwa ada sebuah suku bangsa Arya yang telah memiliki peradaban yang tinggi, berasal dari kawasan Iran. Bangsa Arya ini hidup berpindahpindah, berperang dan menaklukkan suku bangsa lainnya, termasuk suku bangsa Dravida berkulit hitam, yang merupakan suku asli India

Terlepas dari kontroversi penulisan sejarah dan translasi kitab suci Veda oleh para indolog, namun tak dapat dipungkiri bahwa mereka secara tidak langsung berjasa memperkenalkan Kitab Suci Veda kepada dunia di mana karya mereka kerap dijadikan referensi untuk studi tentang sejarah Agama Hindu.

source

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here