Ajeg – Sejarah, Kenapa Bali Tetap Hindu Hingga Sekarang. Setelah keruntuhan Majapahit pada abad 15, hampir seluruh Nusantara menjadi Islam, kecuali beberapa wilayah di Indonesia Timur yang Kristen. Bali, menurut mendiang Clifford Geertz, sebuah pulau Hindu yang munggil, menyembul di tengah samudera Islam.
Mengapa Bali tetap menjadi Hindu hingga sekarang?
Apa yang menghalangi kerajaan-kerajaan Islam di Jawa masuk ke Bali?
Salah Satu sebab yang luas dipercaya adalah bahwa para tokoh Hindu, seperti Danghyang Nirartha telah membangun benteng niskala di seluruh pesisir Bali yang tidak bisa ditembus oleh para penyerbu dari luar. Mungkin saja hal ini benar dari sudut niskala. Tetapi Robert Pringle dalam bukunya “e Short History of Bali, Indonesia’s Hindu Realem” memberikan analisis dari aspek sekala.
Di bawah subjudul pada buku tersebut, “Why Bali Remained Hindu” Pringle menulis sebagai berikut.
Kenapa, setelah keruntuhan Majapahit, Bali tetap jauh tinggi dari kecendrungan kepulauan Nusantara dan gagal memeluk Islam? Geografi tentu saja bukan jawaban yang cuku, Selat Bali yang sempit dan dangkal, yang memisahkan pulau ini dari Jawa, tidak pernah merupakan hambatan serius bagi perobahan.
Tentu saja ada hambatan-hambatan kultural bagi penetrasi Islam, kegemaran akan daging babi adalah hal yang sering dikutip. tetapi hambatan yang sama ada di Jawa, di mana konversi kepada Islam sungguh-sungguh, sekalipun sering hanya secara nominal, bersifat universal.
Orang-orang Bali tidak pernah secara sungguh-sungguh anti Islam. Komunitas Islam terus ada di Bali pasca Majapahit. Puri-puri dan para penguasa Bali tetap menerima kehadiran orang Muslim sebagai pedagang dan menyewa mereka sebagai tentara.
Waktu memberikan orang-orang Bali Hindu ruang nafas politik. Tidak ada kerajaan Islam yang kuat di Jawa sampai kemunculan Mataram, yang mulai pada akhir abad ke-16 Masehi, hampir seratus tahun setelah keruntuhan Majapahit. Sementara Mataram mampu mengusir orang-orang Bali dari Belambangan secara temporer, Gelgel dan kerajaan penerusnya tetap kuat yang membuat invasi ke Bali menjadi sulit, dengan atau tanpa dukungan Belanda.
Bahkan Bali, diwakili oleh Buleleng atau Mengwi mampu menguasai sebagian Jawa Timur. kerajaan Karangasem juga menguasai daerah Lombok. Ketika Dalem Samprangan berkuasa, kekuasaannya meliputi Sumbawa. Bali pernah mempersiapkan diri untuk menyerang Mataram.
Bagaimanapun juga, Mataram pertama-tama sibuk dengan saingan-saingannya di Jawa, dan kemudian dengan Belanda. tampaknya kerajaan mataramtidak tergoda oleh pertimbangan untuk melakukan pengislaman dengan api dan pedang, di antara berbagai kantong orang-orang tidak percaya sepanjang pesisir sebelah timur Jawa.
Belakangan, ekspansi Belanda menempatkan Mataram pada posisi defensif. Ketika kekuatan Belanda semakin berkembang, yang akhirnya membuat mereka mampu menguasai saingan-saingan Indonesianya. keuntungan politik yang mungkin didapat oleh para penguasa Bali melalui konversi ke Islam semakin berkurang dan akhirnya lenyap sama sekali.
Mengapa Bali Tetap Menjadi Hindu ditengah Kepungan?
Menurut buku yang ditulis oleh Robert Pringle (2004) dengan judul, a Short History of Bali: Indonesia’s Hindu Realem, menjelaskan,
Penduduk Bali sebagian besar berasal dari luar Bali, kemungkinan berasal dari Jawa atau Lombok. Bahasa Bali lebih mirip bahasa Sasak di Lombok daripada bahasa Jawa. Bali tidak pernah putus hubungan dengan Jawa dan juga Kerajaan lainnya. Raja Airlangga adalah “setengah Bali” karena berayah Bali dan beribu Jawa (cucu empu Sindok). Bali selalu berada dalam pengaruh Kerajaan di Jawa terutama Majapahit.
Saat Majapahit berada pada puncak kekuasaannya, Bali menjadi salah satu daerah penting dengan adanya pusat kekuasaan penting, yang kemudian menjadi Kerajaan Gelgel yang semakin menguat seiring dengan melemahnya Majapahit. Gelgel pernah mengirimkan pasukan untuk membantu Blambangan di ujung Timur Jawa. Saat Islam di Jawa menguat, terjadi influx perpindahan penduduk ke Bali.
Penjelasan tentang mengapa Bali tetap menjadi Hindu ada beberapa hal, paling tidak geografis dan historis. Penjelasan geografis Bali yang terpisah dari Jawa kurang masuk akal. Jarak kedua pulau itu hanya sekitar 2,4 kilometer. Sangat mudah untuk dijelajahi. Penjelasan historis lebih mudah difahami. Terdapat beberapa kemungkinan seperti ditulis Pringle pada halaman 70:
Pertama, Bali tidak pernah secara nyata “anti Islam”, walaupun memiliki budaya yang berbeda. Ini sebabnya Bali tidak pernah merasa harus ditundukkan oleh Kerajaan Islam, terutama Mataram di Jawa. Minoritas Islam yang berdagang, terutama di Bali Utara, dan menjadi tentara tetap dapat singgah dan tinggal di Bali.
Kedua, berkaitan dengan momentum, sejak runtuhnya Majapahit kemudian Pajang-Jipang-Demak sampai Mataram yang paling kuat, setidaknya ada jeda selama 100 tahun. Saat Majapahit runtuh dan Gelgel menguat, Mataram belum terlalu kuat. Walaupun Mataram dapat mengusir Gelgel dari Blambangan, Gelgel masih terlalu kuat untuk ditaklukkan.
Ketiga, ketika Mataram mulai menguat dan Gelgel mulai melemah, datang Belanda yang membuat Mataram harus membagi konsentrasi. Mataram juga dilemahkan oleh konflik-konflik internal.
Keempat, Mataram menjadi defensive saat kekuatan Belanda menguat, tak lagi memikirkan ekspansi. Mataram justru semakin kehilangan wilayah kekuasaannya seiring dengan menguatnya Belanda. Karena Mataram yang melemah, tidak ada keuntungan yang didapat dari penguasa di Bali untuk memeluk Islam.
Pecahnya Gelgel pada tahun 1690 menjadi sembilan kerajaan kecil justru memudahkan Belanda mengontrol Bali di periode-periode akhir masa kolonial. Sembilan Kerajaan di Bali ditaklukkan Belanda hanya dalam waktu 60 tahun, yaitu sekitar tahun 1849 sampai dengan 1908.
Tonton Juga Fakta !!! Benarkah Ada Kasta Dalam Agama Hindu?